fkip@unswagati.ac.id
0231 482115
0231 487249
Laboratorim Microteaching merupakan unit pelaksana teknis dibidang kependidikan yang berfungsi mengorganisir, mengkordinasikan, dan mengembangkan penyelenggaraan program praktik keguruan dan kependidikan.
Visi
Menjadi salah satu sarana penunjang bagi FKIP UNSWAGATI dalam mempersiapkan calon guru profesional dan unggul dibidangnya; serta menjadi laboratorium Microteaching yang representatif dan menjadi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran
Misi
Meningkatkan kualitas pengajaran para calon guru melalui penyelenggaraan perkuliahan Microteaching yang membekali mahasiswa menjadi tenaga pendidik profesional pada bidang studi kependidikan.
Mengkaji dan mengembangkan penerapan teori pendidikan dan pembelajaran melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penunjang pengetahuan dan keterampilan pendidikan, profesi keguruan, dan pembelajaran.
Menyelenggarakan riset dan pengembangan (Research and Development) ilmu pendidikan, teknologi pembelajaran, classroom action research, dan pengembangan akademis kelembagaan.
Meningkatkan aktifitas layanan pendidikan dan pembelajaran melalui pelaksanan komunikasi dan membangun relasi baik nasional maupun internasional dalam kaitannya dengan pengembangan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan.
Layanan yang Kami Sediakan
Pre-service Training bagi Mahasiswa, yang meliputi:
In-service Training bagi Dosen, yang meliputi:
PENDAHULUAN
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan merupakan lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai peran dan tanggung jawab mendidik calon guru yang profesional. Salah satu ciri umum pendidikan berdasarkan kompetensi (PGBK) selalu didasarkan pada penguasaan kompetensi. Ini berarti bahwa seorang guru atau termasuk calon guru dituntut memiliki sejumlah kompentensi bekal untuk melaksanakan tugas secara profesional.
Diantara banyak kompentensi, tiga kompetensi utama yang sifatnya sangat mendasar adalah :
Kompetensi profesional merupakan basisi preoses pembelajaran, kompetensi personal merupakan basis integritas kepribadian dan kompetensi sosial merupakan basis interaksi antara pribadi dalam kehidupan sosial.
Tugas guru cukup banyak, tetapi yang menjadi tugas utamanya ialah mengajar. Karena iti, seorang mahasiswa FKIP sebagai calon guru harus dibekali keterampilan mengajar (teaching skill) secukupnya.
Tugas dan tanggung jawab guru, khususnya dalam pembelajaran perlu diperhatikan dengan serius. Guru harus memiliki profesionalitas. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah diperoleh dari program pendidikan dan keguruan maupun program “pre service training” perlu dikembangkan melalui pengalaman mengajar di sekolah atas bimbingan kepala sekolah.
Mengajar di kelas dengan peserta didik kurang lebih 40 orang dalam waktu 45 menit (satu jam pertemuan) merupakan pekerjaan yang tidak mudah latihan praktik mengajar di kelas bagi calon guru sangat diperlukan latihan praktik mengajar akan terasa sulit dan rumit. Dalam praktik mengajar for the student teacher has two fold intention, that his pupils learn while he learn to teach” (brown, 1975), sehingga dalam latihan praktik mengajar yang langsung di kelas demikian kondisi yang dihadapinya itu, maka perhatian calon guru dalam mengajar terutama akan tertuju pada “his pupils learn”, akan perbaikan tujuan utamanya ‘his learn to teach” bahkan jika praktikan mengalami kekeliruan mengajar dapat berakibat langsung pada sekian banyak peserta didik. Ini merupakan satu kelemahan mendasat yang perlu diperbaiki.
Untuk mengatasi kelemahan yang mendasar tersebut dikembangkan pembelajaran mikro (mikroteaching) dalam kerangka pendidikan guru berdasarkan kompentensi (PGBK). Pembelajaran mikro sebagai salah satu bagian dari program pengalaman lapangan (PPL) untuk menunjang PGBK itu.
Standford University USA adalah perintis pembelajaran mikro sebagai salah satu usaha perbaikan peningkatan kualitas guru, khususnya dalam hal keterampilan mengajar (teaching skill). Pembelajaran mikro juga dikembangkan diberbagai negara lain, seperti Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Hal ini didasarkan pada suatu rekomendasi “The Second Sub Regional Workshop on Teacher Education”.
Mc. Knight 1971 memberikan pengertian pembelajaran mikro sebagai berikut : a second down teaching ecounter designed to develop a new skill and refine old ones”. Calon guru yang sedang berlatih itu mengajar sejumlah kecil peserta didik, dengan video tape recorder (VTR) untuk diobservasi dan dianalisis oleh praktikan bersama-sama dengan supervisor (brown dan Sundari, 1989).
Kemudian Langhlin dan Moulton (Sundari, 1989) berpendapat “Micro Teaching is performance traning method designed to isolate the component part of the teaching process, so that the traince can master each component one by ini a simplified teaching situation”.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapatlah dipahami bahwa pembelajaran mikro itu tetap sebagai real teaching (allen and Ryan, 1969), tetapi dalam bentuk mikro sehingga mudah dikontrol. Bentuk mikro ini mencakup hampir semua komponen dalam pengajaran yaitu :
Jumlah peserta didik : 20 mahasiswa tiap kelompok
Waktu : 10-15 menit
Bahan Pembelajaran : terbatas
Keterampilan : difokuskan pada keterampilan mengajar tertentu
Bila dihubungkan dengan pembelajaran yang sebenarnya, maka pembelajaran mikro. Adalah penyederhanaan dari pembelajaran yang sebenarnya (lihat gambar berikut :
P = Pembelajaran
PM = Pembelajaran Mikro
Seperti telah di jelaskan bahwa pembelajaran mikro hanya difokuskan pada keterampilan mengajar tertentu :
Lihat diagram di bawah ini :
Keterangan :
P = Pembelajaran
PM = Pembelajaran Mikro
KT = Keterampilan tertentu yang dilakukan dalam PM sebagai bagian dari P
Keterampilan mengajar yang berkaitan dengan praktik pembelajaran mikro menurut Allen and Ryan (1969) dalam bukunya Micro Teaching ada empat belas komponen, yaitu :
Menurut bahan penataran wawasan kependidikan guru SMTP/SMTA tahun 1994 yang diterbitkan oleh Depdikbud RI, ada sembilan komponen keterampilan mengajar yang dapat diobservasi dalam pembelajaran mikro antara lain :
Berdasarkan dua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mikro mencakup keterampilan sebagai berikut :
Ciri pembelajaran mikro antara lain tiap kelompok terdiri atas 10-20 peserta, waktu 5-15 menit, bahan sedikit, dan keterampilan khusus (hanya satu macam keterampilan). Kecuali hal itu ada ciri pembelajaran mikro lain yang perlu diperhatikan, yakni :
Pembelajaran mikro merupakan teknik penunjang pengalaman lapangan calon guru, yaitu merupakan latihan terbatas mengenai keterampilan-keterampilan tertentu. Dapat pula merupakan teknik peningkatan kualitas bagi guru agar mantap penguasaan dan penampilan keterampilan-keterampilan khusus. Adapun tujuan pembelajaran mikro antara lain :
Pembelajaran mikro memiliki beberapa fungsi yaitu :
Pada dasarnya pembelajaran mikro ditempuh melalui lima langkah berikut :
Pada waktu praktik mengajar perlu diadakan pengamatan (observasi) oleh pengamatan sesuai praktik mengajar melalui rekaman (jika terdapat alat fasilitas rekaman video, tape recorder, dan semacamnya).
Dari hasil pengamatan selanjutnya diadakan diskusi terhadap keterampilan yang telah dipraktekkannya. Kemudian dari hasil kesimpulan diskusi dan pengamatan ini diadakan praktik mengajar ulang oleh praktikan yang sama dengan komponen keterampilan mengajar yang sama, begitu seterusnya. Pengulangan ini tentu tergantung pada tersedianya waktu.
Dari langkah pengamatan, diskusi dan pengulangan akan diperoleh manfaat, khususnya bagi praktikan, antara lain :
Skema langkah-langkah pembelajaran mikro sebagai berikut
Dengan adanya latihan mengajar terbatas tersebut diharapkan para mahasiswa paling tidak memiliki keterampilan mengajar dan mampu menglola kelas dalam skala mikro. Pelaksanaannya diselenggarakan oleh masing-masing jurusan yang ada di FKIP atau bekerjasama dengan laboratorium mikroteaching dan PPL FKIP Unswagati dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia.
Syarat dapat menempuh pembelajaran mikro bilamana mahasiswa :
Catatan : Mata kuliah pembelajaran mikro (microteaching) ini merupakan mata kuliah persyaratan PPL dan berstatus wajib lulus
PENGELOLAAN & PELAKSANAAN
Praktek pembelajaran mikro dikelola oleh Laboratorium Microteaching & PPL FKIP Unswagati. Pelaksana pembelajaran mikro adalah dosen-dosen jurusan pada FKIP Unswagati
Bimbingan praktek pembelajaran mikro ini dilakukan secara bertahap dan terpadu, dalam latihan keterampilan mengajar, khususnya pada tahap latihan keterampilan terpadu, kelompok mahasiswa dibimbing oleh satu team terdiri atas dosen pembimbing dan petugas yang ditunjuk idealnya team terdiri dari tiga orang supervisor.
Tugas pengajar pembelajaran mikroteaching adalah :
Mahasiswa bertugas :
Mahasiswa mempunyai kewajiban sebagai berikut:
Pelaksanaan mikro dilaksanakan pada semester VI
Pelaksanaan pembelajaran melibatkan unsur-unsur:
Dalam kegiatan orientasi, dosen pembimbing/pengamat memberikan penjelasan tentang seluk beluk pembelajaran mikro antara lain : pengertian dasar, tujuan, materi, prosedur, dan evaluasi. Orientasi ini dapat dilaksanakan pada pertemuan awal secara klasikal maupun kelompok kecil
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal dan memperoleh gambaran secara reel penampilan guru dalam pembelajaran reel di kelas. Observasi juga dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan melalui rekaman video tape recorder (VTR) atau audio tipe recorder (ATR). Kegiatan observasi segera diikuti kegiatan diskusi hasil pengamatan (observasi), khususnya yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan mengajar praktikan
Inti pembelajaran mikro ialah memberikan latihan secara intensif, agar mahasiswa menguasai berbagai keterampilan mengajar. Beberapa contoh keterampilan terbatas adalah:
Dari sejumlah keterampilan tersebut, ada beberapa yang penting untuk dilatihkan secara terbatas dalam pembelajaran mikro yakni:
Latihan keterampilan terpadu merupakan bentuk lanjut dari keterampilan-keterampilan terbatas. Dalam hal ini pengertian “mikro” masih berlaku bagi sejumlah mahasiswa, topik/sub topik, dan waktu, tetapi untuk jenis keterampilan yang dilatih sudah merupakan bentuk perpaduan dari semua keterampilan mengajar, sejak keterampilan menyusun rencana pembelajaran (RP), menyajikan materi dan segala keterampilan, sampai menutup termasuk mengadakan evaluasi. Butir-butir keterampilan mengajar yang dilatih dapat dilihat pada acuan format observasi pembelajaran mikro.
Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi mahasiswa dalam pembelajaran mikro, maka harus ada evaluasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi adalah:
Angka 100 | Angka 10 | Bobot nilai | Huruf | keterangan |
80 – 100 | 8 – 10 | 4 | A | Amat baik |
66 – 79 | 6.6 – 7.9 | 3 | B | Baik |
56 – 65 | 5.6 – 6.5 | 2 | C | Cukup |
40 – 55 | 4.0 – 5.5 | 1 | D | Kurang |
0 – 39 | 0.0 – 3.9 | 0 | E | Gagal |